Kesalahan, selain memberikan
tantangan dan rasa yang tidak enak, bisa juga memberikan peluang bagi diri kita
untuk bertumbuh dan berkembang. Selama kita bisa mengolahnya.
Kesalahan akan menguatkan karakter
kita dan meningkatkan kemampuan jika kita mau belajar dan memandangnya dengan
pola pikir yang terbuka untuk pembelajaran.
Bahkan kesalahan yang fatal pun bisa
menjadi kunci kesuksesan di masa depan. Beberapa penemu dan innovator mendapatkan
keberhasilan dari kesalahan-kesalahan yang dibuat. Para programmer komputer
dapat menyempurnakan aplikasi buatannya dengan mencari-cari kesalahan dan
memperbaikinya.
Jadi, kesalahan bisa menjadi
kesempatan yang berguna. Tapi masalahnya, kecenderungan manusiawi kita ketika
melakukan kesalahan adalah dengan merenunginya berlarut-larut dan menyalahkan
diri sendiri atau orang lain, menyalahkan lingkungan, sistem, prosedur, dan
sebagainya.
Akhirnya, orang yang terus berkubang
dengan kesalahannya akan tidak produktif. Kinerjanya menjadi lambat atau
menunda-nunda untuk bertindak. Kebanyakan penyesalan atau sikap yang terlalu
perfeksionis jika melakukan kesalah, akan membawa kita pada emosi yang negative
seperti amarah, rasa kesal, frustasi, stress, hingga depresi dan berputus asa.
Suatu
ketika pada saat perjalanan pulang dari kampus ke rumah, saya mengendarai
sepeda motor. Pada saat itu kondisi tubuh terasa sangat lelah. Saya memacu
kendaraan dengan kecepatan 50-70 km/jam. Pada saat sedang asiknya memacu
kendaraan tiba-tiba seorang ibu-ibu belok ke arah kiri dari jalur kanan dan
posisi saya pada saat itu sedang berada di jalur kiri dengan kecepatan yang
cukup tinggi, pada akhirnya tabrakan pun tidak dapat dihindari.
Entah
sepenuhnya kesalahan saya atau bukan. Pada saat itu saya berfikir kalau
kejadian tersebut bukan sepenuhnya kesalahan saya, akan tetapi orang sekitar
yang datang menolong malah menyudutkan saya dikarenakan saya memacu kendaraan
dengan kecepatan cukup tinggi. Saya sadar akan kesalahan saya itu, akan tetapi
saya juga menjelaskan bagaimana kronologi yang sesungguhnya. Karena saya juga
melakukan kesalahan, saya meminta maaf dengan sepenuh hati kepada ibu-ibu
tersebut dan Alhamdulillah ibu-ibu tersebut memiliki sifat rendah hati.
Orang-orang sekitar memprovokasi sang ibu untuk meminta rugi dalam berbagai
hal, namun ibu-ibu tersebut justru malah memaafkan saya dan menyuruh saya untuk
pergi.
Pada awalnya kita memang harus
mengakui kesalahan dan bertanggung jawab untuk melakukan langkah-langkah yang
konstruktif. Namun, kita tak perlu menghakimi diri sendiri atau menyalahkan
yang lainnya. Pengakuan ini secara psikologis akan menguatkan karakter dan juga
integritas kita. Orang lain akan lebih menghormati kita yang mau mengakui
kesalahannya. Persepsi bahwa kesalahan adalah bagian dari pembelajaran dan
sebagai penunjuk jalan agar kita tidak keterusan berada di jalur yang salah,
adalah solusi yang optimal bagi kita untuk memandang kesalahan sebagai sesuatu
yang sangat berharga.
Meskipun begitu, kita juga tidak
boleh menjustifikasi kesalahan kita begitu saja. Kesalahan ada bukan untuk
diabaikan atau dirasionalisasikan. Kesalahan adalah petunjuk dan pelajaran yang
harus diterima dan ditindaklanjuti. Memang melakukan kesalahan itu rasanya
tidak enak, tapi kedewasaan bermakna bahwa kita tidak boleh terus-menerus
merasa bersalah dan mengasihani diri sendiri tanpa berperilaku yang membantu.
Mengeluh,
menyalahkan diri atau orang lain, menuduh atau membuat alasan hanya akan
membuang-buang waktu saja. Kesalahan yang ada harus diobservasi dan
ditransformasikan untuk memperbaiki diri di masa yang akan datang. Demi
keberhasilan di masa depan.
0 komentar:
Posting Komentar